Laman

Minggu, 30 Desember 2012

I LA GALIGO





La Galigo

La Galigo
----------

Di mulai dengan Penciptaan Dunia. Ketika dunia ini kosong (pada Sulewesi Selatan), Raja langit, La Patiganna (Pua Patotoe) mengadakan suatu musyawarah keluarga dari beberapa kerajaan (Senrijawa dan Peretiwi) dari alam gaib dan membuat keputusan untuk melantik anak lelakinya yang tertua La toge' langi menjadi Raja Alekawa (Bumi=dunia tengah) dan memakai gelar Batara Guru. La Toge' Langi kemudian menikah dengan sepupunya We Nyili'timo Tompoe Ri Busa Empong (anak dari Guru Ri Selleng merupakan Raja dari alam gaib). Namun sebelum Batara Guru di nobatkan sebagai Raja di bumi, Ia harus melalui suatu masa ujian selama 40 hari 40 malam. Tidak lama sesudah itu Ia turun ke Bumi dan mendirikan Kerajaan Luwu I, yaitu di Ussu ( daerah di Luwu) sekarang menjadi wilayah Luwu Timur dan terletak di Teluk Bone.

Batara Guru Kemudian di gantikan oleh anaknya La Tiuleng (Batara Lattu) sebagai Raja Luwu II. Batara Guru dan isterinya kembali ke langit untuk berkumpul kembali.  Batara Lattu menikah dengan We Opu Sengeng dan melahirkan anak kembar yaitu Sawerigading putera ware (La Ma'dukelleng/Lawe) dan We Tenriyabeng. Sesuai pesan dari Ayah dari Batara Guru, Kedua anak mereka harus di besarkan di tempat yang terpisah.

Menginjak dewasa, dalam suatu acara pesta, Sewerigading bertemu dengan We Tenriyabeng dan dia langsung jatuh cinta. Batara Guru telah memberitahu Sawerigading bahwa We Tenriyabeng adalah saudara kembarnya, namun Sawerigading tetap bersikeras untuk menikahi nya. Akhirnya Sawerigading percaya setelah We Tenriyabeng sendiri yang memberitahukannya bahwa mereka adalah saudara kembar yang di besarkan terpisah. We Tenriyabeng mengatakan pada Sawerigading bahwasanya ada saudaranya seorang Puteri yang bernama We Cudai berada di negeri Tiongkok yang memiliki Paras dan Kelebihan seperti dirinya. Pergilah Sawerigading dari tanah Luwu dan bersumpah tidak akan kembali lagi ke tanah Luwu. We Tenriyabeng naik kelangit dan menikah dengan Remmeng ri Langi' Batara Guru, melahirkan Simpurusiang dan Lette Pareppa'.

Berlayarlah Sawerigading, dalam perjalanan, Ia seorang Kapten kapal yang perkasa dan  banyak mengalah para jawara dan pahlawan di berbagai negeri termasuk Jawa Wolio (Setia Bonga). Tempat-tempat yang disingahi Sawerigading dalam perjalanannya adalah Taranate (Ternate), Gima (Sumbawa), Jawa Rilau (Jawa Timur), Jawa ritengnga (Jawa Timur dan Tengah), Sunra Rilau dan Riaja (Sunda timur dan barat) dan Malaka. Sawerigading juga sempat melawat Surga dan Alam Gaib). Dalam perjalannanya selalu di hadiri oleh tamu-tamu dari orang bunian, orang berkulit hitam, dan yang bedada berbulu.

Sesampainya di tanah Tiongkok, Ia mempersunting We Cudai dan Sawerigading di beri Gelar Datu Cina.  Waktu berlalu, We Cudai sangat ingin bertemu mertuanya di tanah Luwu. Keinginan istrinya ini, membuat Sawerigading merasa terharu. Namun dia mengingat akan sumpahnya untuk tidak akan kembali lagi ke tanah Luwu. Sawerigading tak sanggup membiarkan istri dan anaknya yang masih kecil pergi berlayar sendirian, hingga terpaksalah ia ikut serta.

Dalam Perjalanan menuju tanah Luwu, Sawerigading sempat singgah ke Dunia Bawah menemui nenek nya. Di sana dia juga sempat menjadi raja dan melahirkan anak yang kelak nantinya si anak akan menjadi Raja di Luwu sebagai penggantinya. Sesampainya di tanah Luwu, Sawerigading di usir oleh To Manurungnge, di karenakan tidak boleh ada sejarah kerajaan dimana Rajanya melanggar sumpahnya sendiri. Maka pergilah Sawerigading dalam perantauan nya. Maka jadilah We Cudai penguasa, sementara menunggu anaknya si Patanjala tumbuh dewasa untuk menggantikan posisi Sawerigading sebagai Raja Luwu.
Dari perkawinan Sawerigading dengan We Cudai melahirkan anak: La Galigo, Patanjala, dan Simpurutoja.

Setelah dewasa, PatanJala menikah dengan Simpurusiang (Putra dari We Tenriyabeng) dan kemudian meneruskan pemerintahan Kerajaan Luwu, Sawerigading dan We Cudai naik kelangit untuk berkumpul dengan keluarga disana.

La Galigo tidak pernah menjadi Raja, Ia menjadi seorang sastrawan besar dan seorang pelaut yang perkasa seperti ayahnya Sawerigading. La Galigo menjadi pencetus awal penulisan sastra Lontara keturunan Kerajaan Luwu.




Tidak ada komentar: