Laman

Jumat, 11 Januari 2013

Lontara Allorumang (Ramalan Produksi Padi)


Serangan Hama Tikus dan Ramalan Produksi Padi versi Lontara


Mattaneng Pusa/Tanam Acak
Petani zaman dulu mengenal sistem "tanam pusa" yang merupakan salah satu metode sistem awal penanaman dengan pola tanam acak yang dimulai oleh pemilik sawah sebelum penanam lainnya turun untuk membantu penanaman. Pola penempatan rumpun padi tidak sistematik dalam satu petak sawah. Biasanya mereka memulai dari salah satu sudut petakan sawah. Jarak tanam biasanya 20 cm x 20 cm, maka untuk perlakuan awal penanaman tanam pusa mereka memulai jarak tanam yakni sehasta kira-kira 160 x 160 cm secara silang (seperti gambar di atas), di beberapa titik saja dan bila dianggap cukup (biasanya semua sudut dan tengah sawah), kemudin dilanjutkan dengan penanaman normal sesuai jarak tanam normal.

Makna tanam pusa menurut mereka adalah bahwa hama tikus tidak mengenal ujung pangkal penanaman. Anggapan mereka bahwa cara tikus menyerang padi biasanya memulai dari tanaman tertua dan menyerang secara diiagonal serta sistimatik dari rumpun tua ke rumpun muda. Asumsi ini perlu kajian ilmiah lebih lanjut.

Pengendalian Siklus Hidup
Petani dulu juga mengenal pengendalian hama tikus dengan pengamatan waktu tanam. Mereka telah mencatat bahwa tikus biasanya menyerang padi pada bulan April dan Mei, karena masa tersebut adalah masa perkembang biakkan dan masa bunting tikus. Dengan pengetahuan ini mereka sudah mengantisipasinya dengan cara mekanis dengan membersihkan pematang sawah atau menutup lubang tikus atau dengan cara lainnya. Namun yang sering di lakukan adalah menghindari waktu tanam bersamaan masa populasi tikus dalam kondisi puncak sesuai peritungan mereka. 

Demikian juga pengendalian hama dan penyakit tanaman padi. Petani tradisional mengenal dan memahami siklus hama dan penyakit dengan melihat tanda-tanda di alam. Mereka memahami bahwa siklus hama ada 3 fase yakni ;
  1. serangga ada tapi hanya terbang saja dan tidak menyerang hama padi, 
  2. serangga menghilang, 
  3. serangga merusak hama padi. Tanda-tanda adanya hama dan penyakit adalah ketika daun tanaman waru (Hibiscus sp) berlubang dan adanya binatang seperti anjing gila, burung dan ayam banyak yang mati. 
Mereka biasanya menghindari penanaman pada saat tanda-anda ini muncul.

Penentuan Waktu Tanam
Petani Bugis - Makassar dapat meramal produksi padi melalui buku "Lontara Allorumang" yang membahas pengetahuan tradisional yang berhubungan sistem bercocok tanam berlandaskan fenomena alam, khusunya iklim, rotasi bumi, posisi bintang, tumbuhan dan hewan yang dikaji dalam rentang waktu lama. Bagi masyarakat Bugis, lontara adalah "buku panduan" yang menerangkan berbagai hal berkaitan dengan sistem bercocok tanam padi, mulai dari penentuan waktu tanam (mappalili), persemaian (mappatinro bine), penanaman dan pemeliharaan dan perlakuan pasca panen. 

Dalam lontara diterangkan bahwa kondisi iklim untuk bercocok tanam (agro-klimat) selalu berubah-ubah dari tahun ke tahun selama 8 tahun (dekade) atau "sipariame" berdasarkan penamaan tahun yang dikenal di dalam lontara yakni tahun alif, ha, jim, shod, dal-riolo, ba, wau, dal-rimonri. Masing-masing tahun ini memiliki karakteristik berbeda-beda terhadap curah hujan, hari hujan, panjang musim kemarau, lama penyinaran, serangan hama penyakit, yang kesemuanya mempengaruhi produktivitas pertanian.
Karena itu petani Bugis biasanya mereka melakukan musyawarah "Tudang Sipulung". Dalam musyawarah ini dibahas masa awal tanam dengan merujuk ke buku Lontara yang berisi fenomena alam berupa tumbuhan dan perbintangan. Kedua tanda dan isyarat ini secara detail dijelaskan dalam Lontara Allorumang. Lontara adalah salah satu khazanah ilmu pengetahuan yang kaya dengan kearifan lokal.

Iklim dan Produktivitas versi Lontara
Seperti disebutkan di atas bahwa klasifikasi dan karakteristik iklim dan curah hujan versi lontara ada delapan (8) siklus tahunan dan juga delapan kualitas dan kuantitas karakter curah hujan, hari hujan, lama penyinaran, penyebaran hama/penyakit dan proyeksi produktivitas hasil pertanian, khususnya padi. Adapun kriteria ikilm berdasarkan lontara sebagai berikut ;
  • Tahun Alif ; kemarau lebih awal dan pendek, intensitas hujan tinggi, produktivitas padi tinggi. 
  • Tahun Ha' ; kemarau lebih awal, intensitas hujan sedang dan produktivitas pertanian sedang. 
  • Tahun Jim ; intensitas hujan rendah, angin bertiup kencang, kemarau agak panjang, produktivitas pertanian rendah. 
  • Tahun Shod ; intensitas hujan tinggi, terjadi banjir, hama tikus menyerang tanaman padi, intensitas penyinaran cukup tinggi dan angin bertiup kencang, produksi rendah. 
  • Tahun Dal Riolo ; musim hujan lebih cepat, kemarau cukup panjang, persawahan kekeringan dan produksi sedang. 
  • Tahun Ba' ; kemarau lebih cepat, musim hujan pendek, produktivitas pertanian cukup tinggi. 
  • Tahun Wau ; intensitas hujan panjang, banjir, hama menyerang khususnya tikus dan walang sangit, intensitas angin cukup tinggi, produksi pertanian rendah. 
  • Tahun Dal Rimonri ; musim hujan pendek, kemarau panjang, angin bertipu kencang, 
Bila dikaji konteks kualitas tahun dalam lontara, bahwa musim aktivitas tanaman di wilayah "Ajatappareng" (Sidrap - Pinrang, Barru dan Pare-Pare) yang dimulai pada awal Februari hingga Maret dan proyeksi panen pada Juni dan Juli merupakan iklim optimal untuk tanaman padi, khususnya curah hujan, lama penyinaran dan iklim mikro setempat. Hal ini ada relevansinya dengan acuan cara meramal produksi dengan menggunakan teknologi "hiperspektral" suatu perangkat lunak citra setelit yang dapat membaca indek luas daun, kandungan nitrogen dan kandungan klorofil.

Ramalan Produksi Padi versi Lontara
Akan memasuki 14 Desember 2010  dan berakhir pada November 2011 adalah tahun Dal Ri-monri 
Mulai akhir tahun 2011 sampai dengan awal Desember 2012 adalah Tahun Alif , 

Jadi diantara 8 (delapan) tahun yang tertuang dalam lontara, maka tahun alif merupakan tahun yang paling produktif, kemudian tahun Ba', sedangkan tahun paling rendah hasilnya adalah tahun shod dan tahun wau.

Selain itu , sistem pertanian tradisional versi lontara juga mengenal masa tanam yakni "lamacitta golla", "letamma bombang", "latulekkeng eppang" dan "langgere tule". Masing-masing masa tanam ini ditentukan berdasarkan posisi letak bintang "salaga, tanra tellue, worong porong, dan pannina manue". Metode penentuan masa tanam adalah ketika bintang tepat berkulminasi pada saat mata hari terbenam atau waktu memasuki magrib.
  • "Lamacitta golla" adalah masa tanam awal untuk varietas panjang berkisar 120 hari. Masa tanam ini berkisar bulan pertengahan Fabruari adalah masa persemaian benih dan masa tanamanya mulai, namun pantangannya adalah menanam pada akhir Pebruari. Dengan demikian padi akan dipanen pada pertengan Juli. Tanda dan isyarat yang dilihat adalah tumbuhnya "serri awerrang" rumput menyerupai padi di persawah dan tanra tellue persisi berkulminasi pada saat matahari terbenam (pukul 7 malam).
  • "letamma bombang", isyarat yang dapat dilihat adalah ketika air ditengah sawah tidak sedang diteduh, tidak beriak lagi. Masa hambur benih pada minggi III Pebruari dan masa tanaman awal April.
  • "latulekkeng eppang" adalah masa tanam ke tiga dengan isyarat "maketteni assoe" (sinar matahari mulai cerah) dan bintang "Pannina Manue" mulai condong ke Barat. Masa ini akhir April. Dan masa tanam ini yang paling terakhir. 
  • Kalaupun ada yang menanam padi setelah ini, petani Bugis menyebutnya langerre tulu, artinya bahwa bila ada yang menanam berarti tanaman padi hanya menghasilkan pakan ternak atau kekeringan. 
Banyak hal yang dapat dipetik dan dipelajari di dalam buku pertanian lontara Bugis sebagai kearifan lokal, yang perlu dikaji lebih dalam oleh pakar-pakar klimatologi pertanian, budidaya dan hama penyakit, karena pengetahuan asli, tentunya sesuai dengan kondisi setempat. 

Penulis yakin bahwa diantara 12 tahapan kegiatan cara bercocok tanam yang tertulis dalam lontara, terdapat pengetahuan yang dapat menjadi ilmu dasar untuk dikembangkan menjadi teknologi tepat guna. Kita harus bangga bahwa para petani suku Bugis - Makassar jaman dulu memiliki talenta menulis dan mencatat gejala-gejala alam yang terjadi di sekelilingnya, sehingga menjadi pengetahuan, meskipun kajiannya belum ilmiah. Untuk itu para ilmuan semestinya melakukan kajian lebih dalam lagi, agar ada manfaat yang dapat dipetik di dalamnya. Karena tidak semua ilmu dan terapan teknologi yang sumbernya dari luar cocok diterapkan di suatu wilayah, mungkin perlu penyesuaian/adaptasi, atau membutuhkan input dan teknologi yang lebih mahal. Saat ini ada kecenderungan penerapan teknologi pertanian mengabaikan musim tanam, karena mengandalkan input sarana produksi seperti pupuk an-organik, pestisida-insektisida, irigasi dan bibit unggul. Konsekwensinya adalah biaya tinggi, kerusakan lingkungan. 

Sebagai contoh bahwa varietas-varietas padi unggul yang bersumber dari luar, membutuhkan input sarana produksi yang besar seperti pupuk an-organik, insekstida-pestisida, irigasi dan perlakuan budidaya secara khusus. Bila standar kebutuhan sarana produksinya tidak tercukupi, secara signifikan hasilnya juga rendah. Sedakan varietas lokal seperti saddang, bakka, kelara dll, tidak terlihat lagi, dengan alasan varietas lokal hasilnya rendah dan masa panen lebih lama 120 hari, padahal species inilah sebetulnya paling layak di Sulawesi Selatan. 

Untuk itu menjadi tantangan ke depan bagi agronomis untuk melakukan pemuliaan tanaman lokal dengan varietas lain, agar genetik jenis lokal tetap menjadi andalan produksi lokal dan menjaganya dari kepunahan. Kita mengharapkan ada varietas yang sesuai dengan iklim yang mendukung pertumbuhan vegetatif - generatif secara optimal, agar dapat menghasilkan klorofil lebih banyak, lebar permukaan daun lebih besar meskipun berumur panjang, namun hasilnya lebih besar. Dari pada varietas pendek dan dipaksakan menanam 3 kali setahun, mengabaikan musim tanam, rentang terhadap hama dan butuh pupuk an-organik yang besar.

Sebagai penutup bahwa pengetahuan yang bersumber dari kearifan lokal, seperti cara bercocok tanam padi suku Bugis - Makassar patut dijadikan sumber dan inspirasi penerapan teknologi pertanian, karena di dalamnya masih ada relevansinya dengan ilmu pertanian modern. Dengan demikian tanggung jawab kita bersama, khususnya lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi dan pemerintah guna mengkaji kandungan lontara pertanian baik secara teknis maupun non tekniks seperti metode penentuan tanam (mapalili), agar Sulawesi Selatan tetap menjadi lumbung pangan nasional.

Primbon Lontara Bugis

( Bagian 1 )

Primbon versi Bugis ini, banyak dipengaruhi oleh budaya Islam dalam menentukan suatu pedoman, dengan memakai penanggalan Islam, serta jumlah hari yang ditentukan dengan peredaran bulan.
Primbon ini lebih akrab di masyarakat Bugis disebut sebagai Lontara, karena dulunya ditulis di atas daun lontar atau enau. Lontara tersebut telah disimpan bertahun-tahun oleh keluarga H. Syamsuddin, yang menurutnya, merupakan peninggalan nenek moyangnya yang berada di kabupaten Bone.
“Nenek kami dulunya adalah salah satu panrita (ulama) di kerajaan Bone” ujar H.Syamsuddin, di Angkona kabupaten Luwu Timur. Dan dengan sukarela mengartikannya untuk disampaikan sebagai salah satu pedoman hidup untuk masyarakat Sulawesi Selatan. Adapun isinya adalah sebagai berikut :

Pedoman setiap bulan

Bulan Muharram
- Tidak bisa mendirikan rumah
- Tidak bisa melaksanakan pernikahan : Kalau dilaksanakan sering terjadi pertengkaran dalam rumah tangga.

Bulan Safar.
- Baik untuk mendirikan rumah : Selalu mendapat rezeki tiada henti.
- Apabila dilaksanakan pernikahan rezeki selalu melimpah

Bulan Rabiul Awwal
- Apabila mendirikan rumah tidak pernah putus mendapatkan kesukaran hidup 
- Seringkali mendapat duka cita.
- Apabila dilakukan pernikahan selalu mendapat kesusahan hidup berumah tangga.

Bulan Rabiul Akhir.
- Bagus untuk mendirikan rumah, selalu mendapat rezeki yang tiada henti.
- Apabila dilakukan pernikahan selalu berselisih faham antar suami dengan istri.

Bulan Jumadil Awwal.
- Apabila dilakukan pernikahan akan cepat akrab dan mesra
- Apabila mendirikan rumah akan murah rezeki.

Bulan Jumadil Akhir
- Apabila mendirikan rumah sering terjadi pertengkaran dalam rumah.
- Apabila dilakukan pernikahan akan murah rezeki.

Bulan Rajab.
- Apabila didirikan rumah sering terjadi kebakaran.
- Apabila dilakukan pernikahan akan cepat mendapat keturunan.

Bulan Sya’ban.
- Apabila mendirikan rumah rezeki tiada putus.
- Apabila melakukan pernikahan sering mendapat susah.

Bulan Ramadhan.
- Apabila mendirikan rumah, semua maksud akan tercapai / berhasil.
- Apabila dilaksanakan pernikahan akan menjadi melarat.

Bulan Syawal.
- Apabila mendirikan rumah, lambat selesai rumahnya. Walaupun cepat selesai namun sering terjadi
- Apabila dilakukan pernikahan akan sering terjadi pertengkaran.

Bulan Dzulkhaidah.
- Apabila mendirikan rumah, banyak memperoleh keturunan dan panjang umur.
- Apabila dilaksanakan pernikahan akan sering terjadi perselisihan dalam rumah tangga.

Bulan Dzulhijjah
- Bagus untuk mendirikan rumah.
- Apabila dilakukan pernikahan cepat mendapatkan harta.
- Apabila melakukan suatu kegiatan akan mendapat berkah.

Semua ini berpulang kepada Tuhan yang maha esa, ini hanya merupakan petuah dari orang-orang terdahulu yang pernah terjadi pada mereka secara berulang-ulang. Sehingga mereka memcatat kejadian tersebut diatas lontara untuk kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup. Tak salah kiranya kita sebagai anak cucu untuk menjadikan perbandingan bagi keselamatan dan kesejahteraan hidup kita

Kamis, 10 Januari 2013

Lontara Pananrang (Ompo Uleng)



PANANRANG TASSIPARIAMAE (8 TAHUN) 

----------------------------------------------------
  • Taung Alipu : 1 tetti’na = salasa naomporang Muharram, maraja namaponco bosinna, masero lempe’na, biasa malise pattaungenna, jaji buana ase nenniya taneng-tanenge rilalenna tassipariamae. Iyanae taung kaminang masahoro na malise nenniya madeceng pattaungenna. Jaji asseddinna pallontara pappananrangnge iyanaro naripancaji pammulataung rilalenna sipariamae (8 taung). 
  • Taung H : 5 tetti’na = sabtu naomporangnge muharram, lalo tengnga pattaungenna, masero bosinna, makurang sokku biasa taneng-tanengnge, ajung kajung mabbuai, lalo tengngai buana ase (wasesae-singaseri), biasa sawei lasa-lasae, masero kecce’e. 
  • Taung Jim : 3 tetti’na = kammisi naomporang muharram, situju-tuju bosinna, maponco bare’na, lalo tengnga pattaungenna, jaji buana taneng-tanengnge, iyakiya makurang sokku buana wesesae, bettuanna makurang lise’na galungnge, biasa mapella keadaanna rupataue, parelluiritu simata tomatike, nasaba maega anana mate, masempoi balu-balu’e sibawa anu rianre. 
  • Taung Zei : 7 tetti’na = aseneng naomporang muharram, masero bosinna, maraja lempe’na, biasa riengngala riuwae asewe, biasa makkasolang balawoe, lalotengnga buana wesesae (ase), biasato masero lette, tau malasae magattimui paja. 
  • Taung Daleng Riolo : 4 tetti’na = juma’i naomporang muharram, lalo tengnga bosinna, maponco bare’na, jaji buana taneng-tanengnge, biasa masala buana wesesae, biasa masala buana wesesae, iyakkeppaha engka saisana pallontarae masengngi taung makapa namalamung peri’na ripapole wassele’e namasero pellana tikkana, narekko taddapini lamattanetelangi biasa ritu duppai arelle tauwe, jaji buana taneng-tanengnge, maseroto kecce’e, masempo dalle’i pakkere’e. 
  • Taung Ba : 2 tetti’na = araba naomporang muharram, kerengngi kecce’e, bosinna biasa masero ritasi’e sibawa ripottanangnge nenniya lempe’na maseroto. Biasa senna masala wesesae, biasa duppa warelle tauwe, jaji lise’na taneng-taneng makkalolo’e, lalotengnga buana taneng-taneng mallice-lice’e, pella tikkana biasa temmaka serona, maega senna pattellarenna, iyanaritu taung bawang, bali taung, taung barelle, taung balesui(taung makkasolang), de’to namadeceng buana ajung kajungnge (majarang), biasa masempo anu rianre, saweto lasa-lasae. 
  • TaungWau : 6 tetti’na = aha’i naomporang muharram, biasa masero basinna, maraja lempe’na, masero kecce’e, lalotangnga pattaungengnge (ase) biasa manre balisue, biasa riengngala maruwae ase, saweto lasa-lasae, peddi matae, maega urane makkandang tau mattampu, biasato mapella keadaangnge. 
  • Taung Daleng Rimunri : 4 tetti’na = juma’i naomporang muharram, lalo tengnga pattaungenna, maponco bosinna, madodong anginna, makurang lempe’na, masero tikka’e, jaji buana taneng-tanengnge, anging bare’e biasa ritu maladde akkasolanna, biasa duppa arelle tauwe, narekko mate ului bare’e, wesesae biasa jaji biasa to sala, masempoi dalle’na pakkere’e, biasato masero hawa kecce’e, biasa mapella keadaangnge. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PAPPAKAINGE 
------------------
Narekko mattajengngi bosi mappammula ompo siwenninna lettu ompo tellumpenninna uleng Muharram naengka mua bosie namasero, namaraja lempe’na, mannessaniritu tuoulumi pattaungnge namaega mua bosinna rilalenna ritu. 

Jaji madeceng manengmui uruwaena tungke-tungke pananrangnge rilalenna sitaungnge ritu. Naiyamua narekko ritajengngi bosinna pattaungengnge mappammula ompo siwenninna lettu ompo tellumpenninna namadodong, maponco bosinna, madodong maponco’to bosinna pananrangnge, mabaiccu’to lempe’na. 

Narekko ritajengngi bosinna pattaungengnge ritu mappammula ompo siwenninna lettu ompo tellumpenninna nade’siseng bosinna, mappannessaniritu mateului pattaungengnge, jaji weddingngi jaji timo’e, iyarega serangnge iyanaritu ittana 3 uleng, 5 uleng, 7 uleng, iyarega timo 9 ulengna. Makkutoparo de’nappabbatisangadinna elonapa Puangnge Jaji, Amin, Wassalam... 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PAPPAKAINGE 
------------------
Naiya riasengnge Nakase Taung iyanaritu:sitaung nawawa akkasolanna, iga-iga tau missengngi narekko maelo’i pugau seddi hajat, pada-padanna maelo’i mappabbotting, biasa tomatoatta de’ nallorangngiripugau, nasaba’ mabbiasa engka akkasolanna ritu. 

Makkutoparo riasengnge Nakase Uleng (garutu) iyanaritu 3 uleng nawawa akkasolanna. Iga-iga tau maelo pugau seddi hajat iyarega jama-jamang pada-padanna mappabbotting iyarega maelo lao jokka-jokka mabela (lao sompe), biasa tomatoatta de’nallorangngi riougau nasaba mabbiasa engka ritu akkasolanna. 

Nasaba engkanna akuasangenna Puang Allah Ta’ala, narimakkuannanaro biasa engka jaji bahaya narekko napugau’i tauwe rilalenna ritu (esso Nakase Taung sibawa Nakase Uleng (garutu). 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

OMPORENNA ULENG MADECENGNGE / MAJA’E AGI-AGI MAELO RIPUGAU RILALENNA RITU 
  • Siwenni : esso anynyarang asenna, ana-ana jaji malampe sunge’i pegaui passurong Puang, matturu’iripajajianna, masempo dalle’i nasaba esso ripancajinna Nabi Adam. Agi-agi pura tempeddingngiriappammulang. 
  • Duampenni : esso jonga asenna, najajiangngi ana’ pertama, maupe’i namasiga mallakkai, apa iyanaritu naripancaji neneta Hawa. Agi-agi madecengnge wedding mua ripugau, rilaoangngisompe, runtu’ki alabang, tapi de’ nawedding rilaoangngi mammusu. 
  • Tellumpenni : esso macang asenna, nakase’i nasaba esso najajiangnge Kabil ana’na Adam. Ana-ana jaji madorakairipajajianna, maja’iriappabbottingeng, majai riattanengeng, rilaoangngi mabela nakennaisukkara, iyanaro naripassu’ Adam-Hawa pole risurugana Puang Allah Ta’ala. 
  • Eppa wenninna : esso meyong asenna, najajiangngi ana baraniwi, makessingngi riappanorang bine, tapi ompo 4-5-6-7-13-15-17 majairiappammulang mattaneng ase nasaba nanrei ule, makessing muto rilaoang mabela, narekko tau kawing pangkagarengngi nadenaullei massarang, narekko riakkalangngi inreng denariullei waja’i. 
  • Lima ompo : esso kalapui asenna, najajiangngi ana madorakairipajajianna, nakase’i de nawedding riappanorang bine. 
  • Enneng ompo : esso tedong asenna, makessing mua rilaoang mabela, runtu’ki alabang, makessing muto rikawingang, najajiang ana tanra maccai mabbicara toriolo, pugau’i passurong Puang, tapi kasi-asiwi, makessingngiriangelliang tedong (saping) iyarega olokolo mawijai, makessingngiriakkabbureng wakke nasaba teai lobbang wakke’na ritu, makessing muto riappanorang bine (ase). 
  • Pitu ompo : esso balawo asenna, tempeddingngiriakkalang inreng nasaba tenriullei waja’i, maja’ toiriellauang wae galung nasaba nanrei kare ase ritu, tapi makessingngi riakkebbureng pakkakkasa no’ risalo’e/ri tasi’e, madeceng muto rikawingeng nasaba weddingngisugi. 
  • Aruwa ompo : esso sapingngi asenna, ana-ana jaji malomo patulungngiripadanna tau, masempo dalle’i, madecengngirikawingeng nenniya riappatettongeng bola nasaba mattiro camming asenna, madeceng muto rilaoang sompe (tega-tega), madeceng riappammulang balu-balu. 
  • Asera ompo : esso asui asenna, madecengngiriappammulang mattaneng rigalungnge sibawa waena galungnge mappammula malaki’ wae galung, maunisibotolo’ muna naripenre riakkeangnge, najajiangngi ana-ana madorakairipajajianna sibawa ri Puang Allah Ta’ala. Narekko rikawingengngi malomoi massarang iyarega matei masitta makkunraie. 
  • Seppulo ompo : esso nagai asenna, maja’iriappammulang mattaneng rigalungnge/ridare’e, makessing tosirilaloang mangolo riarungnge, makessing riabbottingeng, najajiangngi ana’ maupe’i. 
  • 11 ompo : esso bembe’i asenna, makessingngi nasaba iyanaritu nariputtama Nabi Adam risurugae, najajiangngi ana’ turu’, maupe’i, malampe sunge’i napugau’i passuroangna Puang Allah Ta’ala. 
  • 12 ompo : esso gajai asenna, temmagagai tau laloe, toriwelaiye, tau ripoleiye nasaba iya najajiang NabiMuhammad SAW, najajiang ana maupe’i pogau’i passuroang, madeceng riappanorang bine, agi-aginna madecengngi nasaba barakka’na Nabitta Muhammad SAW. 
  • 13 ompo : esso singa asenna, nakase’i(maja’i) nasaba esso ritununna api Nabi Ibrahim, ripakkerina Raja Namrud, najajiangngi ana mabbiasai ujangeng, rilaoangngi mabela biasai nakennaki lasa ritengnga laleng atau matekirilaotta. 
  • 14 ompo : esso serigala asenna, sininna jama-jamang madecengnge salama’iripugau, makessingngirilaoang mammusu, dangkang, sibawa rikawingeng nasaba iyanaritu narijajiang Nabi Sulaiman, najajiangngi ana sugi’i. 
  • 15 ompo : esso iti asenna, ana-ana jaji pogau’i passuroang, naniriwi pappesangka, turu’i ripajajianna, riammaseiri padanna tau, macanti’i tappana nasaba najajiangnge Nabi Yusuf, tempeddingngiriappatettongeng bola nasaba teyai nasalai lasa punnana, rilaoangngisompe nakennaki lasa atau halangeng. 
  • 16 ompo : esso bawi asenna, nakase’i nasaba esso ribuanna Nabi Yusuf rikalebbongnge ri padaranena, ana-ana jaji ujangengngi, agi-agi maja’iripugau kecuali mattaneng ikkaju ki’, mabbuai, madecengngiriakkabbureng onrong doi’ teyai lobbang. 
  • 17 ompo : esso jarakenniai asenna, madecengngirilaoang mangolo riarungnge, rilaoang madduta teyai tenritarima, rilaoangngiriwanua laingnge madecengngi. 
  • 18 ompo : esso balipeng asenna, nakase’i nasaba esso najajiangnge NabiIsa, najajiangngi ana macanti’i, iyatonaro naripancaji matanna essoe, salama’irilaoang mabela atau sompe, narekko jajiang ana napeddiri ati tomatoanna, tapi pogau’i passuroang Puang Allah Ta’ala. 
  • 19 ompo : esso lancengngi asenna, najajiang ana pogau’i passurongna Puang Allah Ta’ala, malomoisugi, malomo atiwiripadanna tau sibawa ripajajianna, esso najajiangnge Nabi Yakub, makessingngirilaoang dangkang. 
  • 20 ompo : esso ula’ asenna, makessing ladde rilaoang madduta, najajiangngi ana teyai tessugi, esso najajiangnge NabiIsmail. 
  • 21 ompo : esso tau asenna, nakase’i nasaba esso najajiangnge Fir’auna, tau rigellie ri Puang Allah Ta’ala, narekko riappattettongengngi bola teyai tennanre api, narekko riappammulangngi tennung atau riassapparengngi tennung teyai tenriaddorang tau mate, ponco’na ada appakeng parewa agi-agi aja’na naripammulai, kuaenna parewa bola tempeddingngiriala, pada-padai narekko ompo siwenniwi akerekenna. 
  • 22 ompo : esso aloi asenna, narekko anu madecengmua, salama’iripugau’, esso naripancajianna malaika’e, najajiangngi ana tanra turu’iripajajianna, turusitoi passurong Puang Allah Ta’ala, salama’irilaoang sompe, rilaoangngi mammusu ricau’i balie, ko ‘idi rilaoi idi tosiricau’. 
  • 23 ompo : esso incale asenna, makessingngiriabbottingeng, sawei mawase’ki, riangelliang appakeng temmaradde’iridi, tapi makessingngiriangelliang balu-balu, magatti’i tarala namakessing sarona. 
  • 24 ompo : esso balipengi asenna, makessingngiriappabbottingeng, najajiangngi ana masempo dalle’i nasaba timunnami kedo jajisi pattujunna, makessingto riangelliang alokolo nasaba mawijairitu. 
  • 25 ompo : esso balawoi asenna, nakase’i nasaba nakennai lupu kampongnge, pituttaungngi tika, najajiangngi NabiIbrahima, ana jaji matturu’iri Puang Allah Ta’ala sibawa topajajianna, narekko riappabbottingengngi teyai temmassarang, pangkagarengngi mallaibine, makessingirilaoang massinge pappainreng nasaba teyai tenriwaja, mauni maega muna. 
  • 26 ompo : esso serigala asenna, makessingirilaoangngisompe, riabbotingengngi ana jawijisugi, makessing riattanengeng agi-agi makessing maneng muiri jama. 
  • 27 ompo : esso Nabi asenna, makessingngirilaoang mabela, riappangujuang menre ritana Mekkah, makessingto riappanorang bine, riappattettongeng bola, riakkalang inreng nasaba masitta’iriwaja, riappakkennang pangulu bangkung, passorong bessi, riakkabbureng addeneng, massuro mallanro kawali tappi. 
  • 28 ompo : esso kalapu asenna, najajiang ana pogau’i passurong, makessingngi riakkabbureng wakke olokolo nasaba mawijai, makessing to riabbottingeng. 
  • 29 ompo : esso sikadongngi asenna, madeceng riallantikeng tomapparenta nasaba mattuppu batui batena mapparenta, madeceng to riangelliang balu-balu nasaba magatti’i taralla, naekiya maja’iriangelliang appakeng nasaba nalai pelolang atau tabbei, madecetto rilaoang sompe, riattanengeng, agi-agi jama-jamang madeceng manengiritu. 
  • 30 ompo : esso manu asenna, makessingirilaoang dangkang nasaba salama’i iyatonaro naripaturung dalle’e risininna ripancajie, makessingngiriellau doangeng rimunrisempajang assara’, iyatonae esso kaminang macoa, appettung bicaratoisininna pananrangnge rilangi’e, ana jaji malampe sunge’i namasempo dalle’i napugau’i passuroanna Puang Allah Ta’ala, iyatona riaseng tepu lotong. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dalam VersiBahasa Indonesia. 
------------------------------
Lontara’ Laongruma adalah naskah yang memuat tentang tata cara bercocok tanam, perubahan iklim, siklus musim tanam, baik tanaman palawija maupun tanaman padi. Naskah ini juga memuat tentang prakiraan serangan hama tanaman bila ditanam pada waktu tertentu dalam bulan-bulan tertentu, dan bahkan juga dapat diprediksi musim-musim wabah penyakit (sai =Bugis). 

Naskah-naskah klasik di Sulawesi Selatan, menurut jenis dan isinya dapat dikategorikan sebagai berikut : 
  1. Lontara’ Patturiolong/ade’ (memuat tentang aturan-aturan hukum dalam hubungan sosial kemasyarakatan), 
  2. Lontara’ Pabbura (memuat tentang ramuan-ramuan obat/obat-obatan), 
  3. Lontara’ Bilang (memuat tentang catatan harian/agenda peristiwa penting dalam kerajaan), 
  4. Pappaseng (memuat tentang pesan-pesan/nasehat orang-orang bijak), 
  5. Kutika (memuat tentang waktu/hari yang baik dan buruk atau tentang nasib dan peruntungan), 
  6. Lontara’ Laongruma/Pananrang (memuat tentang tata cara bercocok tanam, iklim dan curah hujan). 

Ompona Muharram = Terbitnya bulan Muharram. Apabila terbitnya bulan muharram jatuh pada: 
  • Hari Sabtu; maka musim dingin akan panjang, panen padi melimpah ruah, dan tentram kerajaan. 
  • Hari Ahad; musim sangat dingin terutama yang tinggal dibantaran sungai, serta buahbuahan melipah ruah. 
  • Hari Senin; wabah penyakit meraja lela, banyak orang yang meninggal, kurang curah hujannnya, banyak orang yang melahirkan anaknya laki-laki, terjadi keresahan atau kesusahan dalam kampong. 
  • Hari Selasa; tidak ada hasil pada musim timur, banyak curah hujan dan petirnya, banyak orang yang sakit akan tetapi tidak sampai meninggal. 
  • Hari Rabu; musim dinginnya kurang, mudah mencari reseki. 
  • Hari Kamis; tidak ada hasil pada musim timur, banyak orang yang melahirkan dan buah-buahan melipah. 
  • Hari Jumat; para pedagang bakal meraup keuntungan besar, bahkan semua orang meskipun yang lemah juga tetap ada reskinya, hasil panen juga melimpah, serta buahbuahan juga melimpah. 

Penanggalan hari satu sampai tiga puluh : 
  • Tanggal 1; Esso annyaranngi; tidak baik untuk merantau, baik untuk urusan pemerintahan, hari kelahiran Adam 
  • Tanggal 2 ;  Esso jongai asenna; baik untuk perkawinan, baik untuk jualan, hari kelahiran Hawa 
  • Tanggal 3 ;  Esso sikui asenna; tidak baik untuk semua jenis pekerjaan, 
  • Tanggal 4 ;  Esso meongngi asennna; baik untuk membangun rumah, pernikahan 
  • Tanggal 5 ;  Esso ulai asenna; semua yang dikerjakan tidak baik, tenggelamnya nabi Nuh 
  • Tanggal 6 ; Esso tedongngi asenna; baik untuk pembelian kerbau, tidak baik untuk merantau, dan membeli pakaian 
  • Tanggal 7 ;  Esso balawoi asennna; bila beutang tidak dapat diabayar 
  • Tanggal 8 ;  Esso Banua alipengngi asennna; baik untuk bepergian, pernikahan. 
  • Tanggal 9 ;  Esso nagai asenna; bagus untuk bepergian 
  • Tanggal 10 ; Esso nagai asenna; baik untuk meratau, mendirikan rumah, menanam 
  • Tanggal 11 ; Esso macangngi asenna; hari masuknya surga Nabi Adam, baik untuk kembali ke pantai 
  • Tanggal 12 ; Esso macangngi asenna; baik untuk jaual-jualan 
  • Tanggal 13 ; Esso gajai asenna; tidak baik untuk merantau, kurang kebaikan. 
  • Tanggal 14 ; Esso pulandoi asenna; baik untuk semua pekerjaan keculai merantau 
  • Tanggal 15 ; Esso balei asenna; baik untuk membuat perahu 
  • Tanggal 16 ; Esso bawi asenna; baik untuk menanam dan tidak dengan yang lainnya 
  • Tanggal 17 ; Esso jarikaniai asenna; baik untuk semua pekerjaan termasuk merantau, melamar, menghadap Raja. 
  • Tanggal 18 ; Esso balipengngi asenna; baik untuk merantau, pernikahan, mendirikan rumah, dan menanam. 
  • Tanggal 19 ;  Esso lawenngi asenna; bagus untuk melamar 
  • Tanggal 20 ;  Esso ala-alai asenna; baik untuk melamar orang akan senang menerima kedatangan kita. 
  • Tanggal 21 ;  Esso nahase; kurang kebaikannnya 
  • Tanggal 22 ; Esso assiuddaningeng asenna; baik untuk merantau, mendirikan rumah, pernikahan, dan menanam 
  • Tanggal 23 ; Esso ilesso’I asenna; baik untuk merantau, menanam, pernikahan, dan tidak baik untuk yang lain. 
  • Tanggal 24 ;  Esso pariai asenna; kurang kebaikan 
  • Tanggal 25 ;  Esso Pasessoroa asenna; kurang kebaikan 
  • Tanggal 26 ;  Esso suniai asenna; baik untuk merantau,menanam, kalau berutang akan cepat dibayar, baik untuk nelayang 
  • Tanggal 27 ; Esso ulai asenna; semua yang dikerjakan akan baik, merantau, menanam, kalau berutang akan cepat dibayar 
  • Tanggal 28 ; Esso Alapung asenna; semua yang dikerjakan akan baik, merantau, menanam, kalau berutang akan cepat dibayar 
  • Tanggal 29 ;  Esso itii asenna; tidak baik untuk merantau, kurang kebaikan. 
  • Tanggal 30 ;  Esso nanu’ asennna; baik untuk menebang kayu, tidak dimakan rayap, kalau ada anak yang lahir akan murah reskinya. 

Dalam lontara pananrang, setiap hari mulai jumat sampai kamis dibagi kedalam lima waktu yaitu ;
  • pagi, 
  • Antara pagi dan tengah hari(abbue-bueng), 
  • Tengah hari,
  •  Lewat tengah hari, 
  • Sore hari.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lontara Patturiloanna to Gowa (Ronrong Lino)


Lontara Patturioloanna to Gowaya, yakni sebuah kitab sastra yang berisi beragam cerita tentang sejarah raja-raja Gowa dan pengetahuan budayanya (Syarifudin Kulle, dkk., 2010). Di dalam kitab yang berupa lontaran (lontar) ini, terkandung banyak sekali ilmu pengetahuan yang diwariskan oleh leluhur orang Makassar, salah satunya adalah Ronrong Lino berupa naskah kuno yang berisi tentang ramalan peristiwa yang dihubungkan dengan waktu terjadinya bencana gempa bumi. 

Ronrong lino adalah pengetahuan leluhur orang Makassar yang berisi tentang ramalan peristiwa berdasarkan gempa bumi yang dihubungkan dengan bulan terjadinya peristiwa tersebut. Berdasarkan ramalan ini, orang Makassar zaman dulu memiliki berbagai persiapan dalam rangka mengarungi hidup. Wujud asli teks ronrong lino (juga seluruh teks dalam lontara) adalah berupa catatan kuno berbahasa Makassar namun ditulis dengan aksara Arab. Namun, saat ini hanya sedikit orang yang mampu dan mau membaca lontara ini. Akibatnya, pengetahuan yang terkandung di dalamnya pun terancam punah (Kulle, dkk. 2010).

Konsep Ronrong Lino
Syarifudin Kulle dan kawan-kawan (2010) menerjemahkan konsep Ronrong Lino dari bahasa Makassar ke bahasa Indonesia secara harfiah sebagai berikut:
Menurut leluhur Bugis, ramalan ini didasarkan pada pengetahuan bahwa tanah/bumi ini itu laksana laki-laki dan perempuan. Tanah/bumi diciptakan Allah SWT di tanduk kerbau Jawa. Kerbau Jawa itu batu tempat berdirinya. Batu itu telur tempat berpijaknya. Telur itu ikan tempat berpijaknya. Ikan air tempat hidupnya. Air berpijak di kilat, kilat dari gemuruh berpijak dan gemurug dari awan berpijak, itulah yang disebut siksa. Allah menciptakan setan dan malaikat yang menguasai langit dan tanah. Jika Allah menginginkan bencana, ditariklah urat tanah oleh malaikat, itulah gempa bumi. Takdir baik dan buruk yang menimpa masyarakat seiring gempa bumi bergantung pada bulan kejadiannya (Kulle, dkk. 2010). 
Ronrong Lino menjadi semacam nubuat yang didasarkan atas peristiwa gempa bumi berdasarkan waktu terjadinya. Adapun waktu-waktu yang dimaksud beserta maknanya adalah sebagai berikut:

Bulan Muharam
  • Bila gempa terjadi pada waktu Subuh, maka akan ada peperangan.
  • Bila terjadi waktu Duha (pagi menjelang siang), maka pertanda barang-barang akan dijual dengan harga besar.
  • Bila terjadi pada tengah hari, maka pertanda akan datang berkah dan rejeki.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka pertanda akan ada peperangan.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda akan ada pembesar akan lengser.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda banyak orang mati dalam peperangan.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda akan datang rejeki dari Allah.

Bulan Safar
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda pemerintah tidak melaksanakan amanah.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda wabah penyakit akan datang.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda akan datang peperangan.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda akan ada pembesar yang akan lengser.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda tanah longsor dan bencana alam lainnya akan menimpa. 
Bulan Rabbiul Awal
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda bencana kelaparan akan datang.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda akan datang berkah.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka pertanda akan datang tamu dari jauh.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda baik bagi penduduk.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda akan datang peperangan.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda buruk bagi penduduk.
Bulan Rabbiul Akhir
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda penduduk akan mengungsi karena ada bahaya mengancam.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda penduduk akan mendapat berkah.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka penduduk akan mendapat rejeki dari Allah yang datang dari langit dan bumi.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda akan terjadi peperangan.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda negeri akan ditimpa malapetaka.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda dunia sudah tua dan akan kiamat.
Bulan Jumadil Akhir
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda penduduk akan bersuka ria.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda akan ada peperangan.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka pertanda akan datang tamu dari jauh.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda buah-buahan akan tumbuh.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda akan timbul kekacauan di mana-mana.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda alamat buruk bagi penduduk suatu negeri.
Bulan Jumadil Awal
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda terjadi keributan di suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda akan datang petaka di suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka pertanda banyak orang yang akan kerasukan atau kesurupan.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda akan terjadi pertumpahan darah di suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda akan terjadi angin topan.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda alamat buruk bagi penduduk.
Bulan Rajab
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda penduduk negeri akan bersuka ria.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda wabah penyakit akan melanda negeri.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka pertanda akan terjadi keributan di suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda penduduk akan hidup sejahtera.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda akan datang kesejahteraan.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda alamat baik bagi suatu negeri.
Bulan Sya'ban
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda alamat buruk bagi penduduk.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda negeri akan mendapat murka dari Allah.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka pertanda tanaman padi akan tumbuh dengan baik dan penduduk akan sehat.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda alamat baik bagi suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Maghrib atau Isya’, maka pertanda alamat buruk bagi penduduk suatu negeri.
Bulan Ramadhan
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda akan ada raja/pembesar yang wafat.
  • Bila terjadi waktu Duha, maka pertanda akan terjadi peperangan di suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Dzuhur, maka pertanda baik bagi penduduk suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Ashar, maka pertanda buruk bagi penduduk negeri.
  • Bila terjadi waktu Maghrib, maka pertanda wabah penyakit akan melanda suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu Isya’, maka pertanda akan ada pujian dari negara luar terhadap suatu negeri.
Bulan Syawal
  • Bila gempa terjadi saat Subuh, maka pertanda akan terjadi perselisihan di penduduk suatu negeri.
  • Bila terjadi waktu malam, maka pertanda banyak warga akan tewas.
Bulan Zulqaidah
  • Bila gempa terjadi saat siang hari, maka pertanda akan terjadi bencana kelaparan.
  • Bila terjadi waktu malam, maka pertanda harga barang-barang akan murah dan Allah menurunkan rejeki pada penduduk suatu negeri.
Bulan Zulhijah
  • Bila gempa terjadi saat siang hari, maka pertanda akan terjadi bencana kelaparan, namun penduduk masih bisa tenang karena usaha penanggulangan akan berhasil.

Pengetahuan orang Makassar tentang Ronrong Lino mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan, antara lain :
  1. Melestarikan tradisi. Ronrong Lino merupakan tradisi yang penuh ajaran luhur. Mengingat saat ini generasi orang Makassar yang dapat membaca lontara aslinya, maka penerjemahan penting untuk terus dilanjutkan sebagai usaha pelestarian tradisi. 
  2. Nilai Sastrawi. Nilai ini tercermin dari teks Ronrong Lino sebagai karya sastra orang Makassar yang ditulis dalam bentuk cerita sastra yang penuh makna. 
  3. Menerapkan ajaran Islam. Ronrong Lino berhubungan erat dengan ajaran Islam tentang ketuhanan. Olehn karena itu, pemahaman terhadap pengetahuan ini juga merupakan penerapan terhadap ajaran agama Islam. 
  4. Memahami tanda-tanda. Nilai ini tercermin dari peristiwa gempa bumi yang harus diambil maknanya dari tanda-tanda yang ada dengan dihubungkan dengan bulan terjadinya. 
Dengan pengetahuan ini, leluhur orang Makassar mengajarkan untuk mempersiapkan diri terhadap bencana yang terjadi. Pengetahuan ini sepertinya menguatkan akan fakta betapa negeri ini rentan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan sebagainya, sehingga pengetahuan ini penting untuk dilestarikan.

Selasa, 08 Januari 2013

Petunjuk Dasar Hidup


JAM                6 - 8              8 - 11            11 - 12               12 - 13            3 - 6
--------------------------------------------------------------------------------------------
JUM’AT       KOSONG       MAYAT         HIDUP            PULANG         BERISI
                                                                                           POKOK
--------------------------------------------------------------------------------------------
SABTU        BERISI           KOSONG      PULANG            HIDUP          MAYAT
                                                                 KOSONG
--------------------------------------------------------------------------------------------
MINGGU    PULANG        HIDUP           MAYAT            BERISI          KOSONG
                    KOSONG
--------------------------------------------------------------------------------------------
SENIN         KOSONG       MAYAT        BERISI             PULANG         HIDUP
                                                                                          KOSONG
--------------------------------------------------------------------------------------------
SELASA      PULANG      KOSONG       HIDUP              MAYAT          BERISI
                    KOSONG
--------------------------------------------------------------------------------------------
RABU          HIDUP          MAYAT         BERISI             KOSONG        PULANG
                                                                                                                  KOSONG
--------------------------------------------------------------------------------------------
KAMIS       PULANG      KOSONG        HIDUP             MAYAT             BERISI
                                                                                                                    POKOK
--------------------------------------------------------------------------------------------

Petunjuk Dasar Hidup
IniBiasanya dipakai ketika kita akan memulaisesuatu :

Lontara Penunjuk WAKTU


I'm Waiting

Gerhana dan Petir (Makassar)


Gerhana dan Petir dalam Pengetahuan Orang Makassar
Suku Makassar sebagai salah satu suku terbesar di Sulawesi Selatan telah meninggalkan jejak pengetahuan yang luhur. Salah satunya tentang pertanda peristiwa gerhana (Akkanre Lekoka) dan petir (Pannujuanna Gunturuka). Pengetahuan ini mengisyaratkan pentingnya sebuah ketelitian dalam mengamati peristiwa alam. Di sisi lain, hal ini menunjukkan betapa bahasa simbol telah menjadi bagian hidup orang Makassar sejak dulu.
Secara umum, Akkanre Lekoka dan Pannujuanna Gunturuka mengajarkan bahwa gerhana dan petir memiliki hubungan yang erat dengan bulan dan hari. Perbedaan bulan dan hari menjadi pertanda berbeda akan lahirnya peristiwa di suatu negeri, baik peristiwa yang menguntungkan ataupun yang merugikan. Untuk menyikapinya, leluhur orang Makassar menganjurkan agar memperbanyak sedekah dan berdoa. 

Akkanre Lekoka dan Pannujuanna Gunturuka 
Konsep gerhana (Akkanre Lekoka) berbeda dengan konsep petir (Pannujuanna Gunturuka). Dalam membaca peristiwa gerhana, leluhur orang Makassar menghubungkannya dengan bulan terjadinya peristiwa. Sementara itu, peristiwa petir dihubungkan dengan hari terjadinya peristiwa. Berikut penjelasannya:

Konsep Gerhana (Akkanre Lekoka)
  • Bulan Muharam. Jika gerhana terjadi pada bulan ini, maka akan banyak kerusakan di suatu negeri, juga banyak keresahan yang akan dialami oleh para penguasa dan rakyatnya. Oleh karena itu, perbanyaklah memberi sedekah kepada fakir miskin.
  • Bulan Safar. Jika terjadi pada bulan ini, maka hujan akan sedikit turun, bahan pangan mahal, namun akan datang pembesar dari luar negeri yang akan membawa kebaikan bagi penduduk negeri. 
  • Bulan Rabbiul Awal. Jika terjadi pada bulan ini, maka akan datang wabah penyakit dan bahan pangan akan mahal. Akan tetapi, setelah itu akan datang banyak rezeki, masyarakat sejahtera, namun ada pembesar di suatu negeri yang akan mati.
  • Bulan Rabbiul Akhir. Jika terjadi pada bulan ini, maka akan datang hawa dingin dan banyak orang sakit dan mati.
  • Bulan Jumadil Akhir. Jika terjadi pada bulan ini, pertanda penduduk negeri akan mendapat kebaikan dan berkah dari Tuhan, hati pemimpin akan senang, dan buah-buahan banyak, dan bahan pangan mudah didapat.
  • Bulan Jumadil Awal. Jika terjadi pada bulan ini, maka curah hujan akan banyak turun tahun itu. Namun, binatang peliharaan akan banyak yang mati.
  • Bulan Rajab. Jika terjadi pada bulan ini, maka akan terjadi peperangan dan rakyat akan berselisih paham dengan penguasa. Akan tetapi, jika sudah lewat 3 bulan, akan muncul kedamaian dan Allah akan memudahkan rezeki.
  • Bulan Sya'ban. Jika terjadi pada bulan ini, maka itu pertanda baik bagi penguasa dan rakyatnya, karena bahan pangan akan murah. 
  • Bulan Ramadhan. Jika terjadi pada bulan ini, maka itu pertanda baik berupa anugerah Allah yang akan turun pada pertengahan tahun. Tetapi, pada akhir tahun biasanya akan datang angin topan serta gemuruh yang besar. 
  • Bulan Syawal. Jika terjadi pada bulan ini, maka itu negeri dan rakyat akan susah, karena bahan pangan mahal dan akan datang angin topan.
  • Bulan Zulqaidah. Jika terjadi pada bulan ini, maka akan datang kesulitan pada negeri, angin topan akan menerjang, dan terjadi perselisihan antara penguasa dan rakyat.
  • Bulan Zulhijah. Jika terjadi pada bulan ini, maka itu pertanda bahan pangan mahal.

Konsep Guntur (Pannujuanna Gunturuka)
  • Sabtu. Jika petir menyambar di hari Sabtu pada siang hari, maka harga pangan akan murah. Namun, jika terjadi waktu Ashar, maka kemungkinan akan datang wabah penyakit dan penduduk akan saling berselisih. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menjaga kerukunan dan bersedekah. 
  • Ahad. Jika terjadi petir pada hari Ahad siang, maka kesusahan akan datang, dan penduduk dianjurkan untuk bersedekah. Bilamana terjadi pada malam hari, maka ada 2 kemungkinan, yaitu akan datang wabah penyakit atau wabah kelaparan. 
  • Senin. Jika ada petir di hari ini, maka kebaikan akan datang, yakni berupa kesehatan, penguasa yang baik, dan pedagang meramaikan pasar sehingga bahan pangan mudah didapat. 
  • Selasa. Jika ada petir di hari ini, maka kesulitan akan menimpa penduduk dan banyak binatang akan mati terkena wabah penyakit. Oleh karena itu, penduduk dianjurkan memelihara negerinya agar bisa terlepas dari kesusahan dan dianjurkan bersedekah.
  • Rabu. Jika ada petir di hari ini, maka kebakaran akan melanda suatu negeri. Penduduk dianjurkan untuk melihat hari baik lalu mandi dan membersihkan diri, memperbanyak sedekah, dan puasa selama tiga hari. 
  • Kamis. Jika ada petir di hari ini, maka itu penduduk akan mendapat berkah dan ketenangan. Penduduk dianjurkan untuk banyak beramal agar rezeki terus ditambahkan oleh Tuhan. Selain itu, dianjurkan juga untuk sering melakukan shalat berjamaah.
  • Jumat. Jika ada petir pada hari ini, maka itu pertanda penguasa dan rakyatnya akan mendapat rezeki, karena mereka akan selamat dari bencana yang menimpa.

Pengetahuan orang Makassar tentang Akkanre Lekoka dan Pannujuanna Gunturuka mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan, antara lain:
  1. Melestarikan tradisi. Akkanre Lekoka dan Pannujuanna Gunturuka merupakan tradisi yang penuh ajaran luhur, maka sudah selayaknya tradisi ini dipelihara. 
  2. Nilai Sastrawi. Nilai ini tercermin dari teks Akkanre Lekoka dan Pannujuanna Gunturuka sebagai karya sastra orang Makassar yang penuh makna. 
  3. Menerapkan ajaran Islam. Pengetahuan tentang Akkanre Lekoka dan Pannujuanna Gunturuka berhubungan erat dengan ajaran Islam tentang ketuhanan dan alam. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pengetahuan ini juga merupakan penerapan terhadap ajaran Islam. 
  4. Memahami gejala alam. Nilai ini tercermin dari peristiwa gerhana dan petir. Meskipun peristiwa keduanya alamiah dan rutin, manusia dituntut untuk mengambil makna dari tanda-tanda yang ada lalu menghubungkannya waktu peristiwanya. 
Pengetahuan orang Makassar tentang Akkanre Lekoka dan Pannujuanna Gunturuka membuktikan bahwa leluhur mereka memahami tanda-tanda alam dengan baik. Mereka dapat menggabungkan tanda-tanda alam dengan ajaran Islam.

Lontara Kutika Bilangeng Duappulo (Kalender Pernikahan)


Pendahuluan

Dalam Masyarakat Bugis Makassar sangat memberikan ruang khusus dan sangat istimewa dan dijadikan bagian dari adat dan budaya. Bagi masyarakat Bugis Makassar pernikahan adalah suatu hal yang sakral yang merupakan suatu pengukuhan dua pasang manusia yakni Pria dan Wanita yang diikat dalam satu kesatuan utuh yang diharapkan selalu bersama hingga akhir hayat.

Sehingga pernikahan juga hendaknya butuh perencanaan yang kuat karena ini merupakan pertaruhan masa depan. Tempeddingngi sia laosiwali cinnaé, lao tungke’ uddanié ritosipurénréngngé (Machmud 1994:31-32).

Di tulisan ini mencoba melihat satu hal yang sering menjadi perhatian serius bagi masyrakat Bugis Makassar dalam proses pernikahan yakni penentuan hari pernikahan. Hal ini sering kita melihat ada beberapa hal yang sering diberikan ruang khusus untuk selalu berhati-hati dalam memilih hari yang baik untuk mengadakan acara pernikahan terutama dalam acara akad nikah dimana hari untuk acara pesta pernikahan tidak menjadi hal yang penting.

Salah satu yang menarik pada suatu perencanaan pernikahan yang sudah pasti dimana kedua belah pihak baik pihak Pria dan pihak Wanita telah setuju melakukan ikatan pernikahan adalah pada proses penentuan hari “H” yakni hari penentuan akad Nikah. Mau luttu’ massuajang, uki’ siputanrai, namusilolongemmua. Mahmud (1994:55) Kutika Bilangeng Duappulo 

Tulisan ini mencoba mengulas salah satu lontara tua yakni Kutika “Bilangeng Duappulo” yang berhubungan dengan pernikahan dalam masyarakat Bugis makassar. Dalam Tulisan Roger tol yang berjudul “Rolled up Bugis stories : A PARAKEET’S SONG OF AN OLD MARRIAGE CALENDAR” yang disampaikan pada Biennial Conference of the Asian Studies Association of Australia diMelbourne pada tanggal 1- 3 July 2008. Dalam tulisan tersebut pada halaman 14 sampai dengan halaman 17 memuat Kutika Bilange Duappulo. Kutika Bilangeng Duappulo ini menjadi satu dengan Sureq Baweng (Postingan Selanjutnya).

Dalam segi arti Kutika Bilangeng Duappulo berarti Hitungan Kalender 20 Hari yang menjelaskan hari baik dan buruk dalam melaksanakan acara pernikahan. Dalam Kutika Bilangeng Duappulo disebutkan 20 nama hari yaitu sebagai berikut :
  1. Pong
  2. Pang
  3. Lumawa
  4. Wajing
  5. Wunga Wunga
  6. Telettuq
  7. Anga
  8. Webbo
  9. Wagé
  10. Ceppa
  11. Tulé
  12. Aiéng
  13. Beruku
  14. Panirong
  15. Maua
  16. Dettia
  17. Soma
  18. Lakkaraq
  19. Jepati
  20. Tumpakale
Dari 20 Hari yang harusnya ada dalam Kutika Bilangeng Duappulo hanya ada 12 nama hari yang disebutkan dalam tulisan Roger Tol.

Dari Tulisan tersebut Roger Tool terlihat ada beberapa teks dalam gulungan lontara tersebut banyak yang hilang atau terpotong dan mungkin terhapus ini disebkan karena usia gulungan lontara walaupun ada kecenderungan gulungan lontara ini adalah hasil penulisan ulang sehingga hanya bagian-bagian inti saja yang ditulis. Namun dari 12 hari yg disebutkan ini sudah memberikan penjelasan yang cukup dan sangat baik sebagai acuan bagi masyarakat Bugis - Makassar dahulu khususnya dalam kegiatan acara pernikahan.

Berikut isi Lontara Kutika Bilangeng Duappulo

Makkedi Kunaéng Loloé, aléna Kajangenngé dé, bissu terruq akasaé napasaddaqé rakileq:‘Masagala mua paléq misseng ngi péjeppui wi esso riulorenngé ngi ri lino najaji tau iana ritu esso nabottinganngé ri lino najaji tau namasiga makkéwiring, nawa-nawanna ri laleng woroané makkunra, tennaullé naguliga, ina to pa|jajianna.. Apaq kua i essona parukuseng rigamminna, riala riabbottingeng, téa appudu makkalépu nawa-nawa ri lalenna. Apaq kua i essona, parukuseng rigamminna, ia ritu gumawana,riala riabbottingeng, masiga sipéso luséq, temmakkatta sipuppureng.
  • Apaq kua i essona parukuseng rigamminna, ariabonéa , riallaringeng maraka anaq, makkunrai maloloé, atarawijana, riala riabbottingeng, masiga i najajiang anaq, masiga to i mapparukuseng.
  • Apaq kua i esso na parukuseng rigammeinna, ia ritu ri ceppana, riala riabbottingeng, masiga assitoppong éloq, tessa i porenreng to i
  • Apaq kua i essona parukuseng rigammeinna, ia ritu ri tuléna, riala riua bottingeng, téa i mattennga tau oroané maloloé. Ampaq makkua i essona parukuseng rigammeinna, ia ritu aresena, riala riabbottingeng, téa i tessakkarupeqa dallé simula jajina.
  • Apaq kua i essona parukuseng rigammeinna, ia ritu béruku nna, riala riabbottingeng, masiga ncajiang anaq, parukuseng rigammeinna.
  • Apaq kua i essona parukuseng rigammeinna, ia ritu pitironna, , riala riabbottingeng, masajang pulana mui dallé simula jajinna.
  • Apaq kua i esso na parukuseng rigammeinna, ia ritu Tanu’u’Ana, maua riala riabbottingeng, situ ju éloq taué, masiga ncajiang anaq, , makkunrai oroané, , masiga maparukuseng.
  • Apaq kua i essona, parukuseng rigammeinna ia ritu dettiana, riala riabbottingeng, téa i teppangkagareng sumangeqna wali-wali. 
  • Apaq kua i essona parukuseng rigammeinna, ia ritu’u ri somana, riala riabbottingeng, pada maserro éloq siporenrengi luséq to i.
  • Apaq kua i essona parukuseng rigammeinna, ia ritu ri tuléna, riala riabbottingeng, masiga paliweng cinna, ,oroané makkunrai, masiga sitoppong éloq.
  • Apaq kua i essona parukuseng rigammeinna, ia ri ajeppattinna, riala riabbottingeng masiga ncajiang anaq, temmalala luséq to i ia ritu pakkalénna, téa i tetturuq béla. Apaq kua i wettu parukuseng rigammeinna baweng ronnang kuleppessang ri madduppa pettanngé.

Terjemahan
Kemudian berbicara Kunéng Loloé, yang berasal dari Kajang,, para Bissu Maha Tahu,Diikuti dengan suara petir yang begemuruh :'Jarang memang kita, tahu dan mengerti, hari-hari yang telah turun, ke dunia manusia, untuk mengetahui hari-hari baik dan buruk dalam acara pernikahan,, Dan pada umumnya banyak pasangan, dengan cepat bisa setuju apabila menentukan hari pernikahannya. Seharusnya dalam menetukan ini adalah meminta nasehat kepada orang tua atau tetua yang pandai mengenai hari, untuk melaksanakan pernikahan Jangan tergesa-gesa dalam menentukan, dan benar-benar berpikir jernih.

Inilah beberapa pesan hari-hari yang baik dan buruk dalam melaksankan pernikahan ;
  • Ketika hari untuk pernikahan, Jatuh pada hari Lumawa, pasangan ini akan selalu berbahagia dan sehidup semati.
  • Ketika hari untuk pernikahan.jatuh pada hari Webbo, Istri tidak pandai bertahan dan menunggu bila ditinggalkan , dan tidak pandai untuk mengurus anak-anak.
  • Ketika hari untuk pernikahan, jatuh pada hari Wage , pasangan ini cepat memiliki keturunan, dan cepat hidup bahagia bersama-sama.
  • Ketika hari untuk pernikahan , jatuh pada hari Ceppa, pasangan ini akan meningkat satu sama lain,. dalam diliputi asmara cinta yang selalu bergelora.
  • Ketika hari untuk pernikahan jatuh pada hari Tule, pasangan ini selalu memilki kepastian dan tidak mudah putus asa. Bila mengambil hari ini,
  • Ketika hari untuk pernikahan, jatuh pada hari Ariéng pasangan ini tentu banyak kebahagiaan, dan rezeki pun selalu meningkat.
  • Ketika hari untuk pernikahan, jatuh pada hari Béruku, pasangan dengan cepat akan mendapatkan keturunan , dan selalu dalam kebersamaan baik suka dan duka.
  • Ketika hari untuk pernikahan , jatuh pada hari Panirong, pasangan ini ini diliputi kebahagiaan yang tidak terkira , selalu memiliki keberuntungan,
  • Ketika hari untuk pernikahan, jatuh pada hari Maua, pasangan ini akan saling selalu saling mengasihi, dengan cepat memiliki keturunan, Dan Istri pandai dalam hidup bertentangga.
  • Ketika hari untuk pernikahan, jatuh pada hari Dettia, Pasangan ini pasti diliputi dengan suasana yang kurang baik dan sering mengalami permasalahan dan benturan dalam rumah tangga. mereka karena karakter dari kedua belah pihak selalu dilupti hawa panas.
  • Ketika hari untuk pernikahan, jatuh pada hari Soma, Pasangan ini akan saling mencintai, Sakinah dan penuh dengan gelora asmara.seperti jatuh pada hari Tule, setiap keinginan pasangan ini akan cepat terkabulkan, serta dalam rumah tangga pasangan iniselalu saling menghargai,menghormati dan mengenalsatu sama lain.
  • Ketika hari untuk pernikahan, jatuh pada hari Jépati, Pasangan ini cepat memiliki keturunan dan mereka bahagia serta tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena cinta mereka.
Itulah Waktu-Waktu yang baik, untuk melaksanakan pernikahan , Inilah pesan dan nasehat kusampaikan hingga terbenamnya matahari.

Penutup
Betapa pentingnya pernikahan dalam masyarakat bugis Makassar sehingga beberapa hal penting dituliskan dalam sebuah naskah-naskah kuno. Lontara Kutika Bilangeng Duappulo yang menjadi satu dengan ‘Lontara Sureq baweng’ merupakan contoh satu dari sekian banyak naskah-naskah tua yang menjelaskan proses adat istidat masyarakat Bugis Makassar dalam memberikan pentingnya arti pernikahan.

Semoga naskah-naskah semacam ini menjadi inspirasi generasi Bugis Makassar untuk lebih mencintai dan menjaga adat istiadat dan Budaya sehingga ikut andil dalam melestarikannya. Dan terpenting adanya upaya bagi generasi Bugis Makassar untuk lebih memealajari khazanah Budaya dalam rangkaian edukasi terutama bidan penelitian dan penyelamatan naskah-naskah tua karena sangat disayangkan bila peneliti-peneliti asing yang lebih banyak berperan serta.

Selleng matundrung matakke makkure jawi jawi



Senin, 07 Januari 2013

Lontara Bugis


“Pannessaiengngi Rahasiana Ompona Ulengnge”
  • 3 ompona ulengnge. nari passuna neneta adam pole risuruga
  • 5 ompona ulengnge natelleng lopinna nabi nohong ritengngatasi
  • 12 ompona ulengnge naritunu nabi iberahim as pole nabi namrut rajana kapere’e
  • 16 ompona ulengnge nari buang nabi yusupu nori bujungnge kudaenna
  • 21 ompona ulengnge narilanti fir’aun puanna kapere’e
  • 24 ompona ulengnge yemme’i bale nabi yunus as ritengnga tasi’e
  • 25 ompona ulengnge nakenna tikka tana arab pitu taung ettana ananami nabalu naengka nanre

“Panessaiengngi Esso Natuju Muharram”
  • senin = mega dalle / mega bosi/mega anging
  • selasa = makura bosi / mega anana jaji / malessi taueruntu abala
  • rabu = mompo masagalae/ serrangi / mega tau masolang aga banna nasaba mabbettui bulue
  • kamis = maega ricu / mega bosi / masussai pemerintahange / menre maneng agagae
  • Jumat = biasa taue punoi baenena makanja asselena taneng tanengnge
  • sabtu = maega bosi biasa kedo tanae maega dalle
  • ahad = makanjai taneng tanenge makurang wassele

“Ompona Ulengnge”
  1. ompona ulengnge, “esso nyarangi majai yappanoreng bine, isaureng tennung yappatetongeng bola”
  2. ompona ulengnge, “esso jongai anana jaji mawijai, agi-agi ripegau madeceng manengngi, madeceng rilaungeng sompe, madeceng rilaungeng mamusu, pakalaki”
  3. ompona ulengnge, “esso singa’i maja yappabottingeng, yattanengeng, yappatettongeng bola, yappanoreng bine, yattaneneng, rilaungi wanua runtukki lasa”
  4. ompona ulengnge, “esso meongi najajiangngi ana oroane madeceng, madeceng yappanoreng bine, yappamulang balu-balu, yappabottingeng, yattanengeng”
  5. ompona ulengnge, “esso tedong nakennaki lasa maladdei, agi agi ripugau majamanengngi ritu, anana jaji madorakai, wettu natelleng lopinna nabi nohong”
  6. ompona ulengnge, ” esso laoi madeceng rialaungeng sompe, yappa bottingeng yangelliang olokolo, yappanoreng bine”
  7. ompona ulengnge, “esso balei maja tomminreng nakennaki lasa maladdei, madecengmi yonroi mebbu parewa pakkaja”
  8. ompona ulengnge, “esso sapingngi medeceng yappabottingeng, ateddengengngi masitta moi iruntu”
  9. ompona ulengnge, “esso asui rilaongengngi wanua runtukki abala, maja yappatetongeng bola, madeceng yonroi massinge”
  10. ompona ulengnge, “esso nagai najajianggi ana mancaji ana maufe masempo dalle, nakennaki lasa magatimui paja, makessing rilaungeng sompe, matteppang bibi ri pangempangnge.”
  11. ompona ulengnge, “esso macangngi madeceng ri laungeng wanua, yenrekeng mekkah, yappamulang balu-balu, makessing narekko engka anana jaji masmpo dalle”
  12. ompona ulengnge, “esso nyarangi madeceng rilaungeng makara-kara ri kantoroe pakalaki, madeceng ri yabbolang, yappammulang balu-balu”
  13. ompona ulengnge, ” esso gajai agi-agi ri jama maja manengngi ritu, laoki ri wanua runtuki lasa karing”
  14. ompona ulengnge, “esso sapingngi madeceng yappamulang balu-balu, yappatettongeng, yappabottingeng, rekko malasaki masitta paja, esso najajiangnge nabi sulaiman”
  15. ompona ulengnge, “esso bembe maja yappatetongeng bola tennasalai lasa bolata, rilaung wanua naka anajaji makanja tapi matengnge totona kawin”
  16. ompona ulengnge, “esso bawi madeceng yonroi taneng ana lorong-lorong, agi-agi rijama maja maneng rit, madeceng toi yonroi mebbu sepu doi (tabungeng)”
  17. ompona ulengnge, “esso jakariniai madeceng rialungeng sompe, madeceng rilaungeng madduta, rilauang tau mapparentae, malasaki magatti paja, ateddengeki magatti iruntu”
  18. ompona ulengnge, “esso sapingngi madeceng rilaungeng sompe, jajiang ana makessing rupa, esso ri ebbuna majanna ulengnge”
  19. ompona ulengnge, “esso monye’i madecengngi yappamulang balu-balu, rilauang wanua, jajiang ana masempo dallei”
  20. ompona ulengnge, ” esso walli madeceng rilauangeng madduta itarimaki insya allah, najajiangngi anana malampe sungei masempo dallei manyameng kininnawa toi lao ri padanna ri pancaji naiyya esso najaiangngi nabi ismail”
  21. ompona ulengnge, “esso macangngi najajiangi anana madorakai ri puangnge, maja yappabottingeng, madeceng yappamulangeng lanro bessi”
  22. ompona ulengnge, “esso tau esso ripanjajinna malaekae, madeceng rilauangeng sompe, rilaungeng mammusu pakalaki, idi rilaoi rikalaki, agi-agi rijama madeceng maneng, malasaki masittamui paja”
  23. ompona ulengnge, “esso ulai madeceng riappatettongeng bola, yappabottingeng, yappasangeng belle, maja yappanoreng bine, madeceng yonroi melli pakiang masitta tattamba”
  24. ompona ulengnge, ” esso pariwi maja yappabbottingeng maponco’i, madeceng yonroi lati arung, esso najajiangnge firaun, matoai bale nabi yunus, maja narekko anana jaji”
  25. ompona ulengnge, “esso anyarangi maja riloang sompe mateki rilaotta, riappabottingeng maponcoi, majai ri laoang mabbalu, esso najajiangngi iblis, najajiangngi anana madorakai”
  26. ompona ulengnge, “esso sarai madeceng rilaoang sompe, riangelliang, yappabottingeng, najajiangngi anana malampe sungei”
  27. ompona ulengnge, “esso ulengngi najajiangi anana maraja taoi ripadanna ripancaji ripuangnge, makessing riappanoreng bine sibawa mabbalu-balu”
  28. ompona ulengnge, “esso kalapungngi madeceng yonroi mabbu parewa pakkaja, rilaoang, yappabottingeng, yataneng-tanengeng”
  29. ompona ulengnge, “esso atiwi makessing rilaoang madduta, sompe cabigi, najajianggi anana pallasalasangngi”
  30. ompona ulengnge, “esso manningi madeceng yappamulang dangkang, mattaneng taneng, narekko rilaoangi wanua assarapi, najajiangi anana matinului pigau pasuroanna allahu taala, duae pajajianna iyana wettu ripancajinna esso wennie”

Lontara Sure' Baweng (Nasehat mencari Jodoh)


Kutipan Lontara Sure' Baweng

Makkedi Kunéng Loloé
Daéng Parénréng Ajué
bissu terru' akasaé
nalanyu-lanyué letté
napasaddaké rakile'
‘Iko mennang maloloé
rékkua lao ko mita
parukusemmu la élo'
musiduppa lao cemmé
makkunrai maloloé
aja'mu marakka-rakka
palutturi manu'-manu'
paddibola I duta
Madécéng cinampa' mua
madodong ri munri ritu
dallé' ripadallékangngéngngi

 (tentang nasihat dalam mencari jodoh)