Laman

Rabu, 02 Januari 2013

To Manurung Endekan (Massenrempulu)


Asal kata Enrekang
--------------------------------------------------------------

Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU yang artinya daerah pinggiran gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang berasal dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT merupakan asal mulanya sebutan ENDEKAN.

Sedangkan versi lain mengatan bahwa kata ENREKANG berasal dari bahasa Bugis yang berarti daerah pengunungan. Mengapa orang bugis mengatakan demikian dapat dimengerti sebab lokasi kabupaten Enrekang ± 85 % dariseluruh luas wilayah dikelilingi oleh gunung dan bukit yang membentang disepanjang wilayah kabupaten Enrekang yang luasnya ± 1.786.01 Km².

Penduduk asli di gunung Bambapuang ini tersebar ke Timur daerah Duri, ke Selatan daerah Maiwa Sidenreng, ke Barat daerah Pinrang dan Polmas ke Utara daerah Tana Toraja bertemu dengan penduduk asli disana yang naik perahu melaluisungaisaddang. Penduduk asli di Bambapuang ini membangun Kampung Rura disebelah timur gunung Bambapuang dan kampung Tinggallung disebelah baratnya. Dan penduduk kampung Rura dan Tinggallung membangun kampung Papi, Kotu, Kaluppini, Bisang, Leoran, Tanete Carruk dan kampungkampung didaerah Maiwa, Duri, Pinrang, Binuang, Tanah Toraja bagian selatan.

Beberapa ratus tahun kemudian datanglah beberapa Tomanurun didaerah Tana Toraja dan Masserempulu, antara lain Tomanurun Puang Tamboro Langi, To Matasak Malepon Bulan di Kandora Mengkendek Tallulembangna Tanah Toraja dengan istrinya Tomanurun Puang Sandabilik di Kairo Sangalla Tallulembangna Tanah Toraja. TomanurunWellangrilangi di gunung Bambapuang kampung Kotu Enrekang. Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada dibuli Palli Posi Tanah kampung Kaluppini Enrekang yang berasal dari Luwu bersama istrinya Embong Bulan dari Malepon Bulan Tana Toraja.

Karena cara berfikir To Manurung lebih maju daripada penduduk asli maka To Manurung mengajar kepada penduduk asli adat istiadat dan membibing cara hidup yang lebih teratur sampai kepada kelompok penduduk asli dengan nama Pake mengangkat To Manurung menjadi pimpinannya.

Dimana To Manurung menjalankan kepemimpinannya berdasarkan kerakyatan, kemanusiaan dan keadilan. Akan tetapisetelah keturunannya menjadi Pemimpin dengan istilah Raja/Datu/Karaeng/Puang/Arung dll.

Kita bersyukur karena pada abad XX. Masehi sekarang ternyata masih banyak keturunan Tomanurun di daerah kita yang masih berpegang kepada kepemimpinan To Manurung ialah kemanusiaan, keadilan dan kerakyatan, karena terbukti didalam Revolusi 17 Agustus 1945 menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, banyak keturunan To Manurung yang turut berjuang dan menjadi pemimpin sampai sekarang disegala bidang. Mereka ini masih memiliki kepribadian dan mempertahankan nilai-nilai leluhur ialah rasa kemanusiaan, rasa kekeluargaan, dan gotong royong atau tolong menolong terutama tetap memelihara hubungan keluarga atau famili.
-------------------------------------------

SIFAT – SIFAT TOMANURUN
--------------------------------------------------------------

  • To Manurung tidak dikuburkan apabila meninggal dunia karena tubuhnya menghilang tinggal pakaian dan kerisnya.
  • To Manurung dapat dengan tiba-tiba tidak bisa dilihat sedang berada di dekat kita.
  • To Manurung mempunyai rasa kemanusiaan yang mendalam atau menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
  • To Manurung cakap dan mempunyai wibawa memimpin dan membimbing masyarakat, sangat bijaksana, banyak mengajar rakyat bercocok tanam dan beternak.
  • To Manurung Luas Pengetahuannya, soleh terbukti bimbingannya kepada masyarakat memuja dan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Karena Tomanurun memilikisifat-sifat tersebut diatas maka masyarakat Sulawesi Selatan keturunan TomanurunWija Tau Deceng ( Keturunan Orang Baik ) dan untuk mengetahui mereka didepan namanya disebut panggilan PUANG, DATU, KARAENG, MARADIA, ANDI dan lain-lain oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
-------------------------------------------

TO MANURUNG PUANG PALIPADA 
TIBA DI KAMPUNG KALUPPINI ENREKANG
--------------------------------------------------------------

Sebagaimana dikatakan di atas bahwa ada beberapa To Manurung didaerah Malepon Bulan Tanah Toraja dan Masserempulu tetapi yang akan disampaikan sejarahnya ialah To Manurung Guru Lasellang Puang Palipada famili To Manurung Batara Guru dari Luwu. To Manurung Puang Palipada tiba di Palli posi tanah kampung Kaluppini Enrekang bersama istrinya Embong Bulan dariMalepon Bulan Tanah Toraja. Karena penduduk asli Kampung Kaluppini dan sekitarnya meminta kepada To Manurung Puang Palipada tinggal memimpinnya maka dibangunkan rumah diatas bukit Palli Posi Tanah dikampung Kaluppini.

Dibekas tempat rumah To Manurung Puang Palipada dibukit Palli sampai sekarang diabad XX Masehi, masih banyak rakyat datang disana melepas nazar dengan membawa kambing, ayam dan mappeyong disana. Dan memang orang-orang tua kita dahulu kala pada waktu tertentu mengadakan acara mappeyong disana memperingati To Manurung Puang Palipada karena kepemimpinannya yang bersifat kerakyatan, kemanusiaan, dan adil, terutama menganjurkan rakyat menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mendatangkan bibit padi dan mengajar membuka tanah persawahan.

Selama To Manurung Puang Palipada tinggal dikampung Kaluppini Enrekang melahirkan lima orang anak-anak masing-masing : 

(1) EMPAKKA MADEABATU PUANG CEMBA KARUENG ENREKANG. Wali pertama didaerah Masserempulu yang pertama-tama menyebar Agama Islam didaerah Masserempulu antara abad XII / XIII M. sekarang kuburannya di Buttu Tangnga Kota Enrekang yang sudah mendapat perawatan dari Pemerintah melalui P dan K. Diantara keturunannya diabad XVII s/d abad XX M. menjadi wali masing-masing :
  • Muh. Said Pua Datte Kadhi Enrekang
  • Sanggaiya Kadhi Enrekang 
  • Latanro III Puang Janggo Arung Buttu/Kadhi Enrekang
  • Punga Tiwajo Puang Cipong Imam Kabere Enrekang
(2) LA KAMUMMU tidak ada kuburannya karena belum masuk Islam menghilang seperti ayahnya To Manurung Puang Palipada. Dia diberinama La Kamummu karena badannya berwarna Kamummu ( Ungu ), karena itu bendera kerajaan Enrekang berwarna ungu. Turunannya masing masing :
Takkebuku Taulan yang menurunkan :
  • Arung Maiwa
  • Sinapati dan
  • We’ Cudai Dg. Risompa Datu Cina Punnae Tanete lampe Pammana Wajo isteri Sawerigading.
Puang Palindungan Paladang Maiwa yang menurunkan :
  • Tomaraju Arung Buttu Enrekang I Suami Puang Tianglangi Lando Rundun (Manggawari nama Islamnya) Arung Makale Tallu Lembangna keturunananTomanurun PuangTamboro Langi Tomatasak Malepon Bulan Tanah Toraja.
(3) WE’ MONNO/SANGNGAN, di Luwu digelar Datu Sengngeng, merupakan Ibu Kandung Sawerigading danWe’ Tanriabeng ibu Simpurusiang datu Luwu ke III.

(4) MARUDINDING LABOLONG PUANG TIMBANG RANGA kawin dengan To Manurung ariMalepon Bulan Bulan Tanah Toraja menurunkan keturunan :Madika Ranga Enrekang.

(5) DAJENG WANNA PUTE kawin dengan lelaki dari pegunungan Latimojong yang datang di Kaluppini menuggang kerbau besar dan tidak bisa dilihat kecuali dihamburkan 'wanno'. Mempunyai anak sepuluh orang, 8 delapan orang menjadi orang gaib menempati beberapa gunung di Sulawesi Selatan. Seorang tinggal bersama ibunya di kampung Kaluppini menjadi manusia biasa yang mempunyai keturunan di Kampung Kaluppini dan sekitarnya. Tulang-tulang dan Kepala DajengWanna Pute ada di Gua di kampung Kaluppini.

Tidak ada komentar: